loading...
Jatuh cinta bukan hanya melulu
tentang perasaan dan kejiwaan manusia, tapi sesungguhnya terjadi berbagai reaksi
kimia di dalam tubuh ketika anda jatuh cinta. Cinta adalah salah satu bentuk
dorongan dan kebutuhan primitif makhluk hidup. Cinta juga dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup dan meneruskan garis keturunan suatu spesies. Dengan cinta,
manusia juga memiliki alasan untuk saling bersosialisasi, menjaga hubungan
baik, melindungi satu sama lain, dan bahkan rela mengorbankan diri dan
kepentingan pribadi untuk orang lain.
Perasaan cinta pula yang pada awalnya
membuat kita mencari tahu esensi kehidupan kita di dunia, mencari jawaban
tentang tujuan kita dilahirkan, hingga akhirnya sampai pada perjalanan
pencarian kebenaran akan Tuhan. Karena cinta pula kita akhirnya mau merendahkan
ego dan kesombongan diri sebagai makhluk mulia untuk sujud dan menyembah
kepada-Nya. Ya, cinta memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia.
Apa yang membuat anda tertarik
pada awalnya?
Manusia memiliki ‘cetakan’ yang
tersimpan di alam bawah sadar, dan ‘cetakan’ tersebut memiliki pasangannya
masing-masing, seperti halnya potongan puzzle yang satu hanya dapat dipasangkan
dengan potongan puzzle yang tepat berada di sebelahnya. Bagaimanakah ‘cetakan’
tersebut dibentuk?
Penampilan
Banyak peneliti yang
berspekulasi bahwa manusia cenderung mencari pasangan yang ‘mengingatkan’
mereka pada orang tua mereka. Sebagian peneliti yang lain berpendapat bahwa
manusia mencari pasangan yang ‘mengingatkan’ mereka pada diri mereka sendiri.
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh psikolog dari St. Andrews University, Skotlandia, David Perrett, menunjukkan hasil bahwa subjek
penelitian selalu memilih sederetan foto lawan jenis yang memiliki struktur
muka yang sama dengan struktur muka mereka.
Kepribadian
Manusia akan cenderung
memilih pasangan yang memiliki kepribadian, selera humor, selera, dan hal-hal
lain yang mengingatkan mereka akan orang tua atau orang yang dekat dengan
mereka sejak kecil.
Feromon
Teori dan penelitian tentang
feromon pada manusia masih terus berjalan dan bahkan masih dalam perdebatan.
Dalam dunia hewan, feromon, yaitu bau khas individu yang terkandung di dalam
urin dan keringat, merupakan daya tarik bagi lawan jenis dan dapat
menggambarkan perilaku seksual mereka. Feromon membantu hewan mengenali satu
sama lain. Bau dari feromon ini dapat tercium oleh hewan berkat adanya organ
VNO (Vomero Nasal Organ) di dalam
hidung mereka, tanpa organ tersebut bau feromon tidak dapat tercium. Feromon
juga membantu hewan dalam memilih pasangan dengan status imunitas yang paling berbeda
dengan dirinya, hal ini penting untuk tujuan bertahan hidup.
Penelitian menunjukkan bahwa
bahan kimia yang serupa dengan feromon hewan juga terdapat pada urin dan
keringat manusia. Namun ternyata tidak semua manusia memiliki VNO untuk
mendeteksi perbedaan feromon individu yang satu dengan yang lain. Mereka yang diketahui
memiliki VNO pun ternyata tidak semuanya mampu mendeteksi feromon. Manusia hanya
mampu secara tidak sadar menilai perbedaan aroma keringat, kemudian menilainya ‘menarik’
dan memilihnya. Pilihan tersebut ternyata sesuai dengan kondisi sistem imun
masing-masing individu. Seseorang secara tidak akan memilih pasangan dengan
sistem imun yang paling berbeda dengan dirinya, dan hal ini ternyata penting
untuk tujuan bertahan hidup.
Ketika anda mulai jatuh cinta.
Ketika berdekatan dengan
orang yang anda suka, jantung anda akan berdetak lebih
cepat, kulit wajah anda menjadi kemerahan, dan telapak tangan anda menjadi
basah karena keringat. Para peneliti mengatakan bahwa hal ini terjadi karena
dilepaskannya dopamin dan norepinephrine ke aliran darah. Dopamine-lah yang memberikan
perasaan bahagia. Sedangkan norepinephrine akan menaikkan frekuensi denyut
jantung anda.
Menurut Helen Fisher, seorang antropologis dari Rutgers University, zat ini pula yang menyebabkan perasaan bersemangat, hiperaktivitas, sulit tidur, tidak nafsu makan, peningkatan konsentrasi, dan adiksi (kecanduan atau ketergantungan) ketika jatuh cinta. Pada pria produksi zat ini meningkat lebih tinggi daripada wanita, hal ini disebabkan karena pria adalah makhluk visual.
Menurut Helen Fisher, seorang antropologis dari Rutgers University, zat ini pula yang menyebabkan perasaan bersemangat, hiperaktivitas, sulit tidur, tidak nafsu makan, peningkatan konsentrasi, dan adiksi (kecanduan atau ketergantungan) ketika jatuh cinta. Pada pria produksi zat ini meningkat lebih tinggi daripada wanita, hal ini disebabkan karena pria adalah makhluk visual.
Ketika otak orang yang sedang
jatuh cinta melihat foto pasangannya dipindai dengan fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging), didapatkan gambaran
peningkatan aliran darah otak dengan peningkatan jumlah reseptor dopamin di
dalamnya. Hal ini berhubungan dengan munculnya perasaan senang dan adiksi. Peningkatan
level dopamin ini kemudian juga meningkatkan pelepasan noreprinephrine.
Para peneliti dari University College, London, menemukan
bahwa orang yang sedang jatuh cinta memiliki kadar serotonin yang lebih rendah.
Serotonin berhubungan dengan brain reward
system (sistem ‘penghargaan’ di otak), apabila kadarnya rendah maka orang
yang bersangkutan akan melakukan hal yang diinginkan untuk mencapai perasaan ‘puas’.
Kadar serotonin yang rendah juga didapatkan pada penderita obsessive compulsive, yaitu gangguan di mana penderita tidak akan melakukan suatu perbuatan secara berulang-ulang (misalnya mencuci tangan hingga sangat bersih karena takut akan kuman, menata barang hingga sangat rapih, dll) sampai dia merasa ‘puas’. Hal ini juga cukup menjelaskan mengapa orang yang sedang jatuh cinta merasa terobsesi dengan orang yang dicintainya.
Kadar serotonin yang rendah juga didapatkan pada penderita obsessive compulsive, yaitu gangguan di mana penderita tidak akan melakukan suatu perbuatan secara berulang-ulang (misalnya mencuci tangan hingga sangat bersih karena takut akan kuman, menata barang hingga sangat rapih, dll) sampai dia merasa ‘puas’. Hal ini juga cukup menjelaskan mengapa orang yang sedang jatuh cinta merasa terobsesi dengan orang yang dicintainya.
Hingga pada akhirnya anda menikah.
Pada tingkat hubungan percintaan
yang lebih lanjut, setelah pasangan menikah dan berbulan madu, oksitosin akan
dilepaskan. Menurut para peneliti dari University of California, San Fransisco,
oksitosin ini berhubungan dengan keinginan pasangan untuk menjaga hubungan
interpersonal antara mereka berdua sekaligus menjaga batasan-batasan hubungan
psikologis dengan orang lain.
Oksitosin akan dilepaskan ketika orgasme, dan ketika itu pula ikatan emosional akan terjalin semakin kuat. Semakin sering melakukan hubungan sex antara suami istri maka hubungan emosional juga semakin kuat. Oksitosin juga dilepaskan ketika seorang ibu melahirkan bayi (saat uterus berkontraksi) dan selama menyusui, itulah yang menyebabkan hubungan emosional seorang ibu kepada anaknya begitu kuat.
Oksitosin akan dilepaskan ketika orgasme, dan ketika itu pula ikatan emosional akan terjalin semakin kuat. Semakin sering melakukan hubungan sex antara suami istri maka hubungan emosional juga semakin kuat. Oksitosin juga dilepaskan ketika seorang ibu melahirkan bayi (saat uterus berkontraksi) dan selama menyusui, itulah yang menyebabkan hubungan emosional seorang ibu kepada anaknya begitu kuat.
Selain oksitosin, hormon
vasopresin juga dinyatakan turut serta dalam proses terjadinya ikatan emosional
untuk menjaga hubungan jangka panjang dengan satu pasangan. Hormon lain yang
turut berperan yaitu endorfin. Endorfin, yang juga dilepaskan ke aliran darah
saat berhubungan sex antara suami-istri bersama dengan dopamin dan
norepinephrine, juga dilepaskan saat terjadi kontak fisik, misalnya ketika
berpegangan tangan. Endorfin akan menimbulkan perasaan tenang dan nyaman.
Hormon ini juga diketahui akan meningkat setelah anda mengonsumsi coklat dan selai
kacang. Endorfin juga berperan dalam munculnya perasaan adiksi.
Sampai kapan semua keajaiban ini akan terus berlangsung?
Kemudian, apa yang terjadi
ketika setelah beberapa tahun menikah dan semuanya berubah menjadi hambar?
Penelitian menunjukkan bahwa euforia jatuh cinta ini akan menurun setelah dua
hingga tiga tahun pernikahan. Sesungguhnya semua reaksi kimia di atas masih terus
berjalan, hanya saja lama kelamaan tubuh menjadi beradaptasi dengan pengaruh
semua hormon tersebut, sehingga reaksi yang terjadi terasa lebih ‘biasa’.
Bahkan mungkin anda akan mulai berpikir bahwa pasangan anda mulai berubah, dan pasangan anda juga akan mulai berpikir demikian, namun sesungguhnya tidak. Sekali lagi hal ini disebabkan karena tubuh anda yang mulai beradaptasi, sehingga perassan euforia tersebut mulai terasa ‘biasa’. Maka pada fase ini, semuanya tergantung pada pasangan, apakah anda hanya mencari sensasi kesenangan semata, atau anda sudah cukup dewasa untuk menjalani hubungan seumur hidup atas dasar cinta yang selama ini sudah anda bangun berdua.
Bahkan mungkin anda akan mulai berpikir bahwa pasangan anda mulai berubah, dan pasangan anda juga akan mulai berpikir demikian, namun sesungguhnya tidak. Sekali lagi hal ini disebabkan karena tubuh anda yang mulai beradaptasi, sehingga perassan euforia tersebut mulai terasa ‘biasa’. Maka pada fase ini, semuanya tergantung pada pasangan, apakah anda hanya mencari sensasi kesenangan semata, atau anda sudah cukup dewasa untuk menjalani hubungan seumur hidup atas dasar cinta yang selama ini sudah anda bangun berdua.
Menjalani hari dengan selalu mencoba
dan menjalani hal-hal baru yang menyenangkan bersama keluarga akan terus
menjaga sensasi euforia yang secara tidak sadar akan selalu menuntut untuk
dipenuhi. Jangan pernah membawa masalah di luar rumah dan tempat kerja ketika
anda pulang, kecuali untuk dibicarakan bersama untuk menyelesaikannya. Buatlah
suasana rumah senyaman dan semenyenangkan mungkin, karena rumah adalah tempat
anda pulang.
Ingatlah bahwa anda sudah dewasa, dan hubungan yang anda jalin bukan hanya untuk mencari pemuasan terhadap sensasi hormonal, berbeda halnya dengan hewan. Ketika anda telah menjalin hubungan emosional yang mendalam dengan pasangan, sensasi euforia yang terjadi selama masa pacaran dan bulan madu dapat dengan mudah anda bangkitkan kembali, sehingga perasaan ‘biasa’ yang tubuh anda mulai rasakan dapat dengan mudah dikalahkan oleh sensasi euforia baru di fase yang lebih lanjut.
Ingatlah bahwa anda sudah dewasa, dan hubungan yang anda jalin bukan hanya untuk mencari pemuasan terhadap sensasi hormonal, berbeda halnya dengan hewan. Ketika anda telah menjalin hubungan emosional yang mendalam dengan pasangan, sensasi euforia yang terjadi selama masa pacaran dan bulan madu dapat dengan mudah anda bangkitkan kembali, sehingga perasaan ‘biasa’ yang tubuh anda mulai rasakan dapat dengan mudah dikalahkan oleh sensasi euforia baru di fase yang lebih lanjut.
Demikian, semoga bermanfaat.
loading...
info yg menarik.. thanks..
BalasHapus