loading...
Musik rock identik dikatakan oleh beberapa orang adalah musik yang
didefinisikan sebagai musik pemberontak. Namun hal ini tentu saja banyak
mendapat bantahan termasuk admin anehdidunia sendiri yang setiap
harinya saat update artikel terbaru selalu ditemani dengan cadasnya
musik rock.
Baca juga artikel terkait lainnya yang tak kalah unik dan seru berikut ini :- Kehidupan Keluarga Yang Tidak Lazim
- Benda Ini Tidak Bisa Dipindahkan Dengan Cara Apapun
- Inilah Cara Lucu Deteksi Jenis Kelamin Bayi Tanpa USG
- Astaghfirullah, Inilah 26 Dosa Istri Terhadap Suami, Nomor 17 Sering Di Lakukan
- Mengaku Dirinya Adalah Tuhan
Seperti yang kita ketahui, konser musik rock
ini biasanya sangat banyak didatangi oleh para pemuda yang ingin
melepaskan penat mereka dengan menari ala rock seperti pogo, headbang,
moshing dan lain lainnya yang kadang dilihat orang sebagai perkelahian,
namun sebenarnya adalah itu adalah tarian yang mereka rasa cocok untuk
musik tersebut. Karena kesalah pahaman atau sesuatu yang menyebabkan di
beberapa konser musik rock terjadi kerusuhan yang berdarah hingga
meninggal. Berikut kami uraikan kerusuhan terbesar yang paling parah di konser musik rock.
Family Values Tour Tahun 2006
Sebuah kekacauan terjadi di Konser Family Values Tour 6 Juli 2006 ketika
band hip metal Korn memulai pertunjukannya di HiFi Buys Amphitheater
Atlanta, Georgia. Namun sebenarnya semenjak awal gejala kerusuhan telah
terlihat, apalagi penonton yang jumlahnya ribuan mulai terlihat mabuk
dan tidak bersahabat satu sama lain.
Bahkan ketika Deftones sedang bersiap-siap tampil, dua orang penonton
terlibat perkelahian di dalam kerumunan massa. Berdasarkan kabar yang
beredar, perkelahian dipicu oleh Michael Scott Axley yang mencuri topi
milik Andy Richardson. Namun kabar lainnya mengatakan Richardson meminta
Axley untuk menjaga sikapnya karena di dekatnya ada perempuan yang
sedang hamil, selain Axley juga memprovokasi seorang anak kecil.
Dan akhirnya mereka berdua terlibat perkelahian, Axley tidak menerima
perlakuan dan permintaan Richardson sehingga mulai memukulnya.
Perkelahian tersebut memicu massa disekitarnya untuk terlibat memukuli
Richardson hingga tewas. Akibat peristiwa tersebut, Axley dihukum
penjara selama 10 tahun atas aksi kekerasan, dan sepertinya topi yang
memicu perkelahian ini.
San Bernardino Punk Riot Tahun 2006
Subkultur skinhead sejak lahir memiliki dua kubu yang saling bersitegang
dan tidak mungkin disatukan. Ada yang beraliran pro-rasis dan
anti-rasis, dan kejadian ini pun menjadi lecutan yang mengakibatkan
kekacauan di dalam sebuah konser Punk Riot yang diadakan di San
Bernadino, California, di National Orange Shown Event Center 2006 lalu.
Percikan permusuhan telah terjadi di luar arena konser, diawali oleh
skinhead neo-Nazi dengan anti-rasis. Bahkan skinhead dari kalangan
anti-rasis memburu skinhead yang meneriakan slogan “white power” ke
dalam kerumunan penonton. Bahkan para penonnton yang kebanyakan
anti-rasialisme pun turut melempari skinhead neo-Nazi tersebut dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya.
Beruntung skinhead yang diburu massa tersebut bisa dilindungi dan
diamankan oleh pihak keamanan konser, sehingga kemarahan para punkrocker
dan skinhead lainnya bisa diredam. Namun pihak keamanan rupanya tidak
memperhatikan lebih jeli, karena tak lama kemudian beberapa kalangan
skinhead anti-rasis yang terlanjur marah menjejali dan mendobrak pagar
pengaman. Mereka pun berhasil mendapatkan skinhead neo-Nazi yang masih
muda, dan menusuknya. Ia pun tewas akibat banyak luka tusukan.
Petugas medis pun berhamburan untuk menyelamatkan pemuda plontos yang
malang tersebut. Sementara petugas keamanan dengan tegas dan cekatan
menghalau massa yang sudah tidak terkendali lagi. Sekitar 1.500 massa
yang di dalamnya adalah punkrocker dan skinhead, berhamburan keluar
arena konser.
Di luar arena mereka yang masih kecewa dan marah mengekspresikannya
dengan membuat kerusuhan, memecahkan kaca-kaca toko dan rumah di sekitar
arena konser. Kerusuhan ini mengakibatkan dua penonton mengalami cedera
serius, empat orang polisi pun demikian. 12 orang perusuh berhasil
diamankan, dan kerugian material akibat kerusuhan ini senilai 500.000
dolar AS.
Marilyn Manson Tahun 2003
Di mana pun Marlyn Manson melakukan pertunjukan, ia senantiasa melakukan
hal-hal yang kontroversial, sensasional dan atau tabu. Dan ulahnya itu
pun dilakukan ketika ia melangsungkan konser di acara Freakers Ball di
Kansas City, Missouri, 30 Oktober 2003. Setelah menyelesaikan dua lagu,
sekitar 12.000 penonton mendesak dan berhasil menjebol pagar keamanan,
bahkan para petugas pun tidak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya penampilan
Marlyn dihentikan lebih awal oleh pihak penyelenggara.
Ketika beberapa penonton meninggalkan area konser dengan tertib dan
damai, namun tidak dengan 2.000 penonton yang masih kesal dan marah
akibat dihentikannya konser Marlyn. Mereka pun mengamuk di dalam area
konser, melemparkan botol yang diisi oleh air kencing, merusak
benda-benda di sekitarnya. Pihak kemanan konser pun segera menghubungi
polisiuntuk mencegah kerusakan yang lebih parah.
Ribuan polisi tiba bersenjatakan pentungan karet, tameng, spray merica.
Akibat kerusuhan ini tujuh orang penonton terluka, satu orang ditangkap
dan sembilan mobil polisi dan properti di sekitar arena konser rusak parah.
Pearl Jam at Roskilde Tahun 2000
Festival Roskilde yang berlangsung di Denmark pada 2000 lalu berakhir
tragis, sembilan penggemar dinyatakan tewas ketika band asal Seattle
Pearl Jam melakukan pertunjungan di panggung Orange. Penyebab kematian
diduga akibat kekurangan oksigen, dengan kata lain sembilan orang itu
mati tercekik oleh desakan massa yang jumlahnya puluhan ribuan.
Sekitar 45 menit setelah Pearl Jam beraksi di atas panggung, kerumunan
penonton yang jumlahnya sekitar 50.000 mulai memadati dan bergerak maju.
Akibatnya penonton yang berada di barisan paling depan terdesak hingga
tertekan ke pagar pengamanan. Ada yang tercekik dan jatuh terinjak, ada
pula yang salah satu bagian tubuhnya masuk ke dalam celah pagar dan
terjepit, kepanikan dan keresahan mempercepat kebutuhan udara yang tidak
maksimal. Sehingga mereka yang ada di barisan depan khususnya mengalami
sesak nafas akibat berdesakan.
Penyebab utama kerusuhan Rodskilde ini masih diperdebatkan, ada yang
mempermasalahkan hujan yang saat itu turun cukup deras. Sehingga
menyebabkan arena menjadi berlumpur, lalu penggunaan narkoba di kalangan
penonton, keamanan yang kurang baik, hingga penggunaan pagar
pengamanan yang tidak baik. Apapun penyebabnya, peristiwa tragis ini
membuat Pearl Jam berempati cukup dalam. Mereka pun menciptakan sebuah
lagu “Love Boat Captain” yang di dalamnya terdapat kalimat, “Lost nine
friends we’ll never know… two years ago today.”
Woodstock ’99 Tahun 1999
Woodstock pada awalnya merupakan konser musik yang berlangsung pada 1969
untuk menyuarakan pesan damai kepada dunia. Ketika itu dunia sedang
dilanda peperang fisik dan syaraf (perang dingin antara Amerika Serikat
dengan Russia). Namun konser Woodstock yang diadakan untuk ketiga
kalinya yakni pada 22-25 Juli 1999 di Kota New York, berlangsung ricuh
dan kacau. Padahal konser ini diikuti oleh puluhan band-band hebat
dunia, seperti Korn, Limp Bizkit, Red Hot Chili Peppers dan Rage Against
the Machine.
Namun memang dari awal konser kondisi dan situasi yang berlangsung di
arena konser memanh sudah terlihat buruk. Suhu udara yang panas membuat
para penonton cepat sekali kehausan dan kerumunan massa yang banyak
mengharuskan beberapa orang mengalami sesak nafas. Para penonton harus
merogoh koceknya sebesar 4 dolar AS untuk mendapatkan air segar, dan
bahkan fasilitas toilet yang disediakan oleh panitia tidak sebanding
dengan ribuan massa yang ada di area konser.
Kerusuhan pertama terjadi pada 24 Juli, Sabtu malam, saat itu Limp
Bizkit sedang beraksi di atas panggung. Dikabarkan selama berlangsung
pertunjukkan tersebut terjadi pemerkosaan terhadap seorang perempuan
yang dilakukan secara massal di dalam kerumunan. Dan banyak pula berita
beredar adanya kasus-kasus pelecehan seksual yang terjadi. Berdasarkan
laporan kepolisian setempat ada empat kasus pemerkosaan yang terjadi
selama Woodstock ’99.
Bahkan kerusuhan semakin menjadi ketika Limp Bizkit membawakan lagu
“Break Stuff”, beberapa penonton mencopot papan pagar membawanya ke
tengah kerumunan massa. Bahkan ketika Red Hot Chili Eppers beraksi pun,
terlihat api unggun. Mereka membakar pagar, papan kayu, dan benda-benda
lainnya sehingga arena konser semakin memanas.
Montreal Riot Tahun 1992
Pada 1992 nama Gun N’s Roses dan Metallica sangatlah popular dan digilai banyak penggemar musik rock di dunia,
meskipun keduanya memiliki aliran rock yang berbeda. Namun demikian
kabar tidak sedap, tepatnya sebuah tragedi di dalam sejarah musik rock
kembali terjadi ketika kedua band yang sedang naik daun tersebut tampil
di sebuah panggung yang sama di Olympic Stadium Montreal, 8 Agustus
1992.
Ketika itu penampilan Metallica harus dihentikan lebih awal setelah sang
vokalis, James Hetfield mengalami luka bakar stadium tiga. Luka
tersebut didapatkan ketika James berdiri terlalu dekat dengan efek
peluncur kembang api. Akibatnya selama hampir dua jam penonton harus
berdiri menatap panggung yang kosong.
Namun angin segar datang ketika Guns N’ Roses tampil di atas panggung,
namun mereka hanya mampu bermain selama 55 menit setelah Axl Rose
meninggalkan panggung akibat gangguan pada pita suaranya. Emosi penonton
yang telah tertahan sejak lama pun akhir menyeruak, sebanyak 53.000
penonton yang kecewa mengekspresikan kemarahan mereka dengan pesta
kekacauan di stadion Kota Montreal, Kanada.
Monsters of Rock Tahun 1988
Monster of Rock merupakan festival musik rock tahunan yang selalu
menampilkan band-band bealiran rock dan heavy metal ternama di dunia.
Namun sebuah kerusuhan terjadi ketika Monster of Rock diadakan pada
1988, yakni ketika dua orang penonton terbunuh saat Guns N’ Roses
beraksi di atas panggung.
Sebagaimana penyebab utama kematian di konser musik lainnya, dua orang
penonton tersebut tewas akibat kekurangan oksigen. Setiap kali Monster
of Rock digelar jumlah penonton selalu bertambah dan pada 1988,
Donnington Park, Inggris dipadati oleh 100.000 penggemar musik yang
datang dari berbagai negara, terutama wilayah Eropa.
Situasi dan kondisi yang sering terjadi ketika konser digelar adalah
hujan turun dengan deras yang menyebabkan arena konser menjadi
berlumpur, sehingga menyulitkan para penonton untuk bergerak bebas.
Namun hal tersebut tidak terjadi ketika Monster of Rock yang digelar
pada 1990, jumlah penonto yang memasuki kawasan arena dibatasi oleh
pihak penyelenggara guna menghindari tragedi tersebut terulang.
The Who di Cincinnati Tahun 1979
3 Desember 1979 merupakan hari yang akan selalu diingat dan tertulis
sebagai salah satu bagian dari sejarah musik rock dunia. 11 orang
penonton tewas dan puluhan lainnya cedera ketika sedang mengantri
memasuki Riverfront Coliseum, Cincinnati, Ohio, tempat digelarnya
konser band legendaris the Who.
Tragedi ini diakibatkan oleh kelalaian penonton itu sendiri dan
ketidak-siapan pihak penyelenggara konser akan situasi dan kondisi di
Coliseum. Meskipun tragedi terjadi, saat itu the Who tidak diberikan
informasi mengenai adanya kerusuhan dan jumlah korban yang meninggal
akibat kekacauan yang terjadi. Mereka baru diketahui di saat lagu
penutupan akan dimainkan. Setelah konser tersebut pemerintah Kota
Cincinnati melarang dilangsungkannya konser musik rock dengan
menggunakan kursi.
World Series of Rock Tahun 1979
Meskipun festival musik World Series of Rock ini merupakan konser yang
tidak begitu greget, namun memiliki catatan tersendiri di dalam sejarah
musik rock di Amerika Serikat. Seperti yang terjadi pada 28 juli 1979 di
Cleveland Stadium, saat itu Aerosmith tampil sebagai band pembuka,
sebuah band nyentrik yang saat ini menjadi legenda di Amerika Serikat.
Ketika itu banyak dari penonton yang harus berkemah bahkan tidur begitu
saja di luar stadion agar dapat masuk lebih awal dan mendapatkan posisi
yang tepat ketika konser berlangsung. Dan ketika itu pula terjadi
tindak kejahatan, ketika seorang kriminal menembak membabi buta ke arah
ratusan penonton yang sedang berkemah ataupun berkumpul dan
berbincang-bincang. Akibatnya lima orang tewas akibat tertembak, bahkan
satu di antaranya tewas mengenaskan.
Selain itu juga terjadi beberapa aksi perampokan, perkelahian dan
vandalisme, semua itu merupakan buntut dari ketidak siapan pihak
penyelenggara dan keamanan kota setempat. Akhir konser rutin ini harus
berakhir di tahun 1980, akibat seringnya terjadi tindak kejahatan dan
kekerasan.
Altamont Free Concert Tahun 1969
Konser musik rock and roll terbesar di akhir 60’an setelah Woodstock
adalah Altamont free Concert. Namun selain terbesar konser ini pun
adalah yang paling berdarah di antara konser musik rock di atas.
Altamont Free Concert yang berlangsung di California Utara pada 6
Desember 1969, empat bulan setelah Woodstock, dihadiri oleh 300.000
penonton dan diramaikan oleh band ternama saat itu diantaranya: Rolling
Stones, Jefferson Airplane dan Grateful Dead (yang batal tampil).
Kesalahan terletak pada pihak penyelenggara yang saat itu menggunakan
jasa gang motor besar ternama di AS, Hell’s Angel, sebagai keamanan
konsert.
Namun keadaan semakin tidak terkendali ketika para penonton larut dalam
alunan musik rock, mereka yang dipengaruhi oleh obat bius dan alkohol
mulai bertingkah seenaknya dan memicu kemarahan para anggota Hell’s
Angel yang ada disekitar panggung. Dan memang pada dasarnya para biker
ini memiliki naluri kekerasan yang tidak seperti dimiliki oleh para
penonton dan penggemar musik rock.
Mereka yang juga dipengaruhi oleh bir berlebihan, terprovokasi dan mulai
melakukan aksi kekerasan terhadap penonton yang dianggap oleh mereka
bertingkah seenaknya. Kejadian menarik bahkan ketika salah satu anggota
Jefferson Airplane, Martin Balyn terkena bogem seorang Hell’s Angel.
Lalu the Rolling Stones tampil, salah seorang penonton harus mendapatkan
luka tusukan dari seorang Angels yang menikamnya. Bahkan Mick dan Keith
harus sibuk menenangkan para penonton yang mulai tidak nyaman atas
perlakuan dan sikap para Angels itu. Total penonton yang cedera di
konser Altamont Free Concert ini berjumlah 850 orang.
Namun zaman telah berubah, baik para musisi dan promotor musik sudah
semakin dewasa dan pintar dalam memperhitungkan segala kemungkinan yang
akan terjadi di dalam sebuah konser. Hanya saja generasi para penggemar
rock selalu berganti dari dekade ke dekade, dan ketika gejala kekacauan
akan terjadi sejarah telah memberikan pelajaran. Demikian pula terhadap
pihak aparat keamanan pemerintah, sebaiknya mereka mengikuti
perkembangan budaya dan seni yang sedang berlangsung, sehingga mampu
mengenali cara para anak muda berekspresi ketika musik rock berlangsung.
Stay Clean and Keep Rocking, Peace.
Aneh Unik
Berita Aneh dan Unik Di Dunia
loading...