Kombes Nursamran tanggapi ahli dari kubu Jessica: Itu ngawur!

loading...
Kombes Nursamran tanggapi ahli dari kubu Jessica: Itu ngawur!

Ahli toksikologi forensik Mabes Polri, Kombes Nursamran Subandi ikut menghadiri sidang ke-20 perkara dugaan pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso. Meski tidak akan bersaksi, dia mengatakan hanya ingin melihat jalannya persidangan yang menghadirkan saksi ahli toksikologi dari Universitas Indonesia Budiawan yang dihadirkan kubu Jessica.

"Itu kan yang bersaksi teman saya, dia dosen tapi kalau saya bukan. Saya yang tiap hari berkecimpung dalam hal tersebut," kata Samran di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (14/9).

Menanggapi pemaparan keterangan saksi Budiawan, Samran mengaku penjelasan rekannya itu tidak sesuai. Pasalnya, Budiawan hanya menjelaskan kesaksian berdasarkan pada teori keilmuan saja.

"Dia banyak ngawur itu, ngawur. Termasuk itu dia bilang kalau sianida dimasukkan dalam cairan maka baunya yang kecium sama pengunjung itu bakal juga menghirup dan meninggal juga. Kalau kayak gitu berarti saya juga mati dari dulu," ungkap Samran.

Samran menegaskan pernyataan tersebut hanya ada dalam buku dan teori saja. Tidak berdasarkan fakta di lapangan.

"Jadi yang diungkapkan dia itu semua cuma teori yang ada di dalam buku saja. Tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan," tegas Samran.

Jadi menurutnya bau racun sianida yang menurutnya bisa mematikan orang, yakni bila kandungan sianida sebesar yang ada dalam gelas ice kopi Vietnam dan botol.

"Ya itu tadi yang dia bilang kadar sianida segitu yang kalau dihirup bisa bikin mati. Tapi itu kan enggak jelas dalam bentuk apa. Kalau di udara ditemukan segitu ya memang mati, tapi kan kalau di udara kaya sekarang tidak sebanyak itu," jelas Samran.

"Kalau memang ada segitu ya matilah itu para pekerja tambang yang sering terkena sianida, matilah semua orang ilegal fishing yang pakai bom itu di laut. Nah yang dimaksud dia itu asam sianida HCN yang ada di udara kadarnya segitu memang bahaya," sambungnya.

Sumber : merdeka.com
loading...