loading...
Bagi seorang muslim, terutama laki-laki, berjamaah di masjid harus diutamakan. Namun sayangnya, tak semua dari kita mudah untuk membiasakan diri melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Tak sedikit di antara kita yang berat melangkahkan kakinya ke masjid. Rasanya begitu sulit dan jauh. Padahal, kini masjid dapat kita temui dimana-mana. Dan sepertinya, untuk urusan satu ini, kita harus belajar pada alim ulama berikut. Dialah Amir bin Abdillah bin Zubair.
Seperti dikutip dari dream.co.id, Dikisahkan, Mush'ab bin Abdillah bercerita bahwa ketika itu 'Amir sedang menderita sakit parah. Bahkan, ia sedang berada dalam kondisi sakaratul maut.
Nafas-nafas Terakhir
Dream - Saat itu, azan Maghrib berkumandang. 'Amir meminta agar orang-orang yang ketika itu bersamanya, mengantarkan ke masjid. Mendengar permintaannya, mereka menolak, mengingat ia sedang berada dalam kondisi nafas-nafas terakhir.
Kemudian, ia berkata, " Aku mendengar muazin mengumandangkan azan sedangkan aku tidak menjawab (panggilan)-Nya? Pegang tanganku, antar aku ke masjid!"
Maka, mereka memapahnya pergi ke masjid. 'Amir pun bisa melaksanakan sholat Maghrib. Ia bisa melaksanakan sholat satu rakaat, kemudian meninggal dunia. (Lihat Taariiikh Al-Islam 8/142)
BAGI seorang laki-laki, berjamaah di masjid sudah menjadi keharusan baginya. Mengapa? Sebab, berjamaah lebih utama daripada shalat sendirian. Dan lelaki yang mau berjamaah di masjid akan lebih mudah dalam membangun jaringan dengan orang lain. Sehingga, memudahkan baginya ketika ada menemui kesulitan dalam hidup.
Hanya saja, pergi ke masjid, seolah-olah begitu berat. Kaki sepertinya tak bisa dilangkahkan. Masjid rasanya begitu jauh. Padahal, kini masjid dapat kita temui di mana-mana. Tapi, mengapa begitu sulit untuk berjamaah di masjid?
Sepertinya kita harus belajar pada alim ulama yang satu ini. Dia adalah ‘Amir bin Abdillah bin Zubair. Dalam syaamilquran.com dikisahkan, Mush’ab bin Abdillah bercerita bahwa ketika itu ‘Amir sedang menderita sakit parah. Bahkan, ia sedang berada dalam kondisi sakaratul maut.
Saat itu, adzan Maghrib berkumandang. ‘Amir meminta agar orang-orang yang ketika itu bersamanya, mengantarkan ke masjid. Mendengar permintaannya, mereka menolak, mengingat ia sedang berada dalam kondisi nafas-nafas terakhir. Kemudian, ia berkata, “Aku mendengar muadzin mengumandangkan adzan sedangkan aku tidak menjawab (panggilan)-Nya? Pegang tanganku, antar aku ke masjid!”
Maka, mereka memapahnya pergi ke masjid. ‘Amir pun bisa melaksanakan shalat Maghrib. Ia bisa melaksanakan shalat satu rakaat, kemudian meninggal dunia. (Lihat Taariiikh Al-Islam 8/142)
Inilah kisah hidup seorang alim ulama yang mengisi sisa hidupnya dengan selalu beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ia selalu mendahulukan perintah Allah. Ia pun selalu melaksanakan perintah yang lebih Allah sukai, termasuk shalat berjamaah di masjid tepat waktu. Sehingga, akhir hidupnya pun demikian.
Tentu Anda juga ingin merasakan akhir hidup yang khusnul khatimah bukan? Jika ya, maka perbanyaklah beribadah kepada Allah. Dahulukan perintah yang Allah sukai. Ringankan kaki untuk pergi ke rumah Allah, berkomunikasi dengan-Nya secara berjamaah. Jangan biarkan diri kita lemah oleh godaan setan, yang menghasut kita agar tidak pergi berjamaah ke masjid, apalagi sampai meninggalkan shalat.
Sumber https://www.islampos.com/dalam-kondisi-sakaratul-maut-orang-ini-ingin-berjamaah-di-masjid-315326/
loading...