loading...
SerUnique.com - Pernah menonton acara reality show di sebuah stasiun Televisi swasta ? namanya Super Trap. Jujur ini acara kesukaan saya loh. Setiap ada acara ini maka saya tak ketinggalan untuk menonton. Tapi saya dengar acara ini sedang dihujat. Kenapa ? Mungkin para korban super trap nggak tahan ya. Soalnya kalau melihat aksinya, bisa bikin jantungan juga tuh. Simak saja beritanya berikut ini :
Acara televisi yang berkonsep jahil seperti Super Trap, memang seringkali menjadi andalan TransCorp. Tengok saja reality show Paranoid yang dulu pernah tayang di TransTV. Paranoid menekankan kejahilan dengan mengangkat mahluk gaib “jadi-jadian” yang menakuti orang yang sedang lewat.
Namun, acara itu dibubarkan setelah ada seseorang yang jatuh pingsan dan masuk rumah sakit setelah melihat crew TransTV berkostum pocong. Si korban itu tak terima dan menuntut, hingga akhirnya Paranoid dibubarkan.
Lain cerita dengan Makin Jail, produksi TransTV lainnya. Adalah seorang Debbie yang saat kejadian sedang berjalan-jalan di Ciwalk Bandung, yang menjadi korban Makin Jail. Akibatnya, Debbie terkena serangan Heart Arrhythmia atau kelainan detak jantung yang tidak beraturan. Hal itu membuatnya harus dirawat intensif di rumah sakit.
Kali ini, Super Trap TransTV yang dibombardir hujatan. Di episode 25 November 2012 lalu, tim Super Trap membuat jebakan toilet, dimana ketika ada seseorang yang menggunakan toilet tersebut, tiba-tiba toilet tersebut naik dan membuat kaget orang yang berada di dalamnya, tiba-tiba terekspos dengan bebas.
Memang membuat geli. Namun, juga memalukan bagi si korban, pasalnya, ketika toilet terangkat menggunakan system hidrolis, mereka tidak sempat membetulkan posisi celana atau rok yang sudah diturunkan (karena ingin menggunakan toilet), dan tentu saja ada bagian tubuh tertentu yang seharusnya tertutup pakaian, menjadi terbuka dan parahnya, terekam kamera produksi TransTV.
Tayangan itu serta merta mendatangkan banyak reaksi keras dari masyarakat dan para aktivis dunia maya. Tak ketinggalan, KPI sebagai badan yang berwenang, juga sudah melayangkan teguran. TransTV sebagai stasiun yang memproduksinya, juga sudah menegur dan memberi sanksi kepada penanggung jawab acara tersebut. Namun, masih ada masalah lain.
Meskipun telah disensor, namun tentu saja materi “mentah” dari kamera itu masih ada bukan? Apakah para korban mendapat jaminan isi “mentahan” itu tidak terpublikasi? Bisakah episode 25 November 2012 ini tak menjadi tayangan yang mudah diakses via internet? Apakah TransCorp bisa menjamin itu semua?
Sebuah stasiun televisi besar sekaliber TransTV di bawah naungan TransCorp, seharusnya memiliki kontrol dasar dalam sebuah produksi tayangan. Tetntu saja yang saya maksud adalah Planning, Organizing, Actuating, Controlling, dan Evaluating.
Mari kita mundur ke langkah Planning, dimana tim kreatif seharusnya sudah memperhitungkan “akankah si korban mendapat shock therapy yang mempengaruhi kondisi fisik bahkan jiwanya?”
Yang saya maksudkan adalah, tidakkah mereka belajar dari reality show yang lalu-lalu, dan juga sudah menuai beragam protes? Media adalah sebuah agen pembaharu yang mempunyai fungsi kontrol sosial, dengan memberikan pencerahan dan wawasan baru yang bermanfaat bagi masyarakat.
Pernyataan saya tersebut, tidak mengacu pada TransCorp saja, tetapi semua media yang ada di Indonesia. Semoga kreativitas tim produksi stasiun televisi swasta, juga diimbangi dengan kepintaran dan pertanggung jawaban.
loading...
iya betul tuh..
BalasHapusacara gak mutu perlu dibubarkan.. mereka kira itu lucu, tp berbahaya..