Ada 5 Bukti Smartphone Jadikan Manusia Seperti Jombi

loading...
Smartphone sudah jadi bagian hidup manusia yang tidak terpisahkan. Sayangnya, keberadaan smartphone diyakini mengakibatkan berbagai dampak buruk apabila salah dalam penggunaannya. Kecanduan smartphone adalah contohnya.

Bagaimana tidak berbahaya, bayangkan, mereka yang sudah terobsesi berat pada smartphone terdata sanggup menatap layar smartphone hingga hampir 4 jam atau lebih setiap harinya. Di sisi lain, pengguna smartphone normal hanya menghabiskan tak sampai 3 jam per hari.

Hal ini memicu sebuah kata yang disebut zombie smartphone. Bagaimanakah itu? Berikut bukti-bukti bahwa manusia sudah diubah jadi zombie oleh smartphone.

'Smombie' di Jerman

lensaterkini.web.id - Pada tahun 2015, frase 'Smombie' jadi Youth World of The Year resmi di negara Jerman. Kata ini adalah perpaduan kata dari smartphone dan zombie, di mana pengguna smartphone berjalan dengan menatap smartphone-nya dan mereka terlihat berjalan pelan dengan arah kurang beraturan layaknya zombie.

Di Jerman sendiri, sudah ada beberapa kejadian kecelakaan Trem karena pejalan kaki terlalu sibuk dengan smartphone miliknya. Karena ini, Pemerintah kota Augsburg dan Cologne memasang lampu lalu lintas untuk pejalan kaki untuk mengindarkan kecelakaan Trem untuk pejalan kaki.

Selain itu, ada aplikasi bernama "Watch Out!" yang terhubung dengan sinyal di tiap pemberhentian Trem, untuk memberi notifikasi pada smartphone agar tak terjadi kecelakaan ketika seseorang terpaku pada smartphone-nya.

Adanya lajur smartphone untuk pejalan kaki di China

Pada bulan September 2014 silam, di sebuah kota bernama Chongqing di China, sebuah trotoar terpisah untuk pengguna smartphone diperkenalkan ke publik. Lajur ini dibedakan hanya dengan cat putih layaknya perbedaan lajur di jalan raya.

Meski terlihat primitif dan tak mengandalkan teknologi untuk membuatnya, pembedaan lajur ini membuat para pengguna smartphone lebih waspada ketika mereka terpaku pada smartphone dan berjalan layaknya zombie.

Ini bukan pertama kalinya sebuah lajur pejalan kaki untuk pengguna smartphone dibuat. NatGeo TV pernah mengecat trotoar untuk membuat lajur serupa di Washington DC, sebagai bagian dari eksperimen sosial.

Sindrom Phantom Phone Alerts

lensaterkini.web.id - Yang menyebabkan seseorang menjadi zombie smartphone adalah ketidaknyamanan untuk tidak menatap layar smartphone, meski sebentar. Jika ada sedikit saja waktu senggang, tak enak rasanya jika tak mengecek notifikasi apa yang muncul di smartphone.

Bahkan, ada sebuah fenomena yang dialami hampir semua orang, di mana kita mendengar hape kita bunyi atau getar, padahal ketika diperiksa, tak ada apapun. Fenomena ini bernama phantom phone alerts yang secara nyata merupakan tanda dari ketagihan smartphone.

Menurut ilmuwan dari University of Michigan bernama Daniel Kruger, ketika seseorang mengalami kecanduan, mereka jadi sangat sensitif terhadap rangsangan yang datang. Hal ini menyebabkan tanpa ada yang menghubungi kita, kita akan merasa smartphone kita bergetar atau berbunyi.

Adanya lampu trotoar di Belanda

Pada Februari 2016 silam, sebuah kota di Belanda bernama Bodegraven memasang sebuah lampu trotoar agar para zombie smartphone tak melewati batas trotoar dan berakhir dihujam kendaraan di jalan. Lampu trotoar ini dipasang di perempatan ramai yang memang dekat dengan sebuah sekolah.

Lampu yang berbentuk garis tersebut didesain untuk mencolok dan mudah dilihat meski mata seseorang terpaku ke smartphone. Warnanya pun didesain akan sama dengan sinyal lalu lintas untuk pejalan kaki: merah untuk berhenti hijau untuk jalan.

'Suku kepala tunduk' dari Hong Kong

lensaterkini.web.id - Dari riset yang dilakukan Ipsos Group Research, lebih dari 80 persen penduduk Hong Kong dari umur 15 hingga 34 tahun ternyata memiliki smartphone. Hal ini ternyata adalah angka yang cukup tinggi, bahkan masyarakat Hong Kong disebut sebagai masyarakat yang terobsesi pada smartphone.

Uniknya, ada frase dalam bahasa China Kanton yang menjelaskan fenomena ini, yakni dai tau juk, atau dalam bahasa Indonesia kira-kira berarti Suku kepala tunduk.

Hal ini muncul dikarenakan secara stereotip, kegiatan para orang-orang yang terpaku pada smartphone ini di tempat umum cukup membahayakan. Bahkan menurut MTR Corporation, perusahaan kereta bawah tanah di Hong Kong, seringkali para pengguna smartphone berjalan ke arah kereta, memenuhi koridor, dan terhenti di bawah eskalator untuk membalas chat.


#Baca juga artikel / berita lainnya berikut ini  :

loading...