loading...
SerUnique.com - Sahabatku semua, Jumpa lagi dengan artikel terbaru di blog Unik dan Aneh. Berita yang sangat aktual, seru, unik dan aneh akan dipaparkan pada anda. Silahkan simak info tentang ( Judul ) Semoga bermanfaat dan anda terhibur sekali. Simak ya... Jangan lupa Follow Twitter admin di @Share_Doang Google Plus +Mukti Effendi dan Facebook Fans di SeruniqueCom
Waspada! Kekerasan pada Anak Bisa Terjadi di
Mana Saja
Kekerasan bisa terjadi di mana pun dan kapan pun, termasuk di sekolah. Penting untuk mengajarkan keterbukaan pada anak agar ia mau bercerita jika mengalami kekerasan atau punya masalah di sekolah. Sehingga kita sebagai orang tua bisa segera mencarikan jalan keluarnya. "Kita harus menanamkan sama anak yang penting kamu ngomong, kalau terlalu overprotect juga dia nggak akan tahu di dunia nyata, ada yang hitam dan putih atau ada yang
Waspada! Kekerasan pada Anak Bisa Terjadi di
Mana Saja
Bahagia
pastinya saat buah hati akhirnya sudah besar dan masuk sekolah. Sebagai orang
tua, kita pun pasti berharap anak bisa mendapatkan pendidikan yang terbaik di
sekolah. Hanya saja yang sering kita lupa adalah kekerasan pada anak bisa
terjadi di mana saja, tak terkecuali di sekolah tempatnya belajar.
Saat anak berada di sekolah, kita sebagai orang tua menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada guru. Apalagi kalau kita juga punya kesibukan kerja, jelas susah untuk bisa mengawasi kegiatan anak di sekolah. Hal ini pun dialami oleh Martina. Ia tak menyangka kalau putranya mengalami kekerasan di sekolah.
Saat anak berada di sekolah, kita sebagai orang tua menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada guru. Apalagi kalau kita juga punya kesibukan kerja, jelas susah untuk bisa mengawasi kegiatan anak di sekolah. Hal ini pun dialami oleh Martina. Ia tak menyangka kalau putranya mengalami kekerasan di sekolah.
"Saya mengalami
kejadiannya baru kemarin, Bent putra saya baru-baru ini masuk ke pre-school.
Dia mendapat kelas baru, kekerasannya lebih kepada anak seumuran, teman sekelas
Bent," cerita Martina kepada Vemale di Jakarta.
Jadi ada satu anak, lanjutnya, dia sangat hiperaktif dan sekolah tahu itu. Sekolah tempat Bent belajar memang menerima anak yang hiperaktif dan sekolah akan memberikan satu guru terapi sendiri untuk anak tersebut.
Martin pun sangat bersyukur memiliki putra seperti Bent yang terbuka kepada dirinya, sehingga si kecil menceritakan apa yang terjadi di kelas dengan temannya. "Bent mengalami dipukul, ditendang, tapi saya merasa itu anak kecil. Tapi saya pun tidak mau membiarkan Bent diam saja, nanti kalau dia sudah besar kalau ada kekerasan dia hanya diam saja. Makanya saya bersyukur Bent sangat komunikatif," jelasnya.
"Mami tadi abang di pukul dan di tendang, lalu dia sebutin nama anak itu. Saya tanya ke Bent, Miss-nya lihat tidak? jawab Bent, Miss-nya nggak ngeliat karena lagi nyuapin anak lain. Abang nggak mau masuk kelas itu lagi, abang takut," tambah Martina.
Wanita 29 tahun ini pun memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih, apakah tetap mau di kelas tersebut atau pindah kelas? Karena putranya ingin pindah kelas dan tidak mau satu kelas dengan temannya tersebut, Martina pun mengurus kepindahan kelas demi anaknya.
"Saya
pun sampaikan ke sekolah, lalu saya urus kepindahan kelas. Saya berikan
pengertian, saya nggak mau anak saya seperti mengalami traumatis sendiri dan
dia nggak nyaman belajar. Jadi saya minta dia untuk pindah kelas,"
tegasnya. Jadi ada satu anak, lanjutnya, dia sangat hiperaktif dan sekolah tahu itu. Sekolah tempat Bent belajar memang menerima anak yang hiperaktif dan sekolah akan memberikan satu guru terapi sendiri untuk anak tersebut.
Martin pun sangat bersyukur memiliki putra seperti Bent yang terbuka kepada dirinya, sehingga si kecil menceritakan apa yang terjadi di kelas dengan temannya. "Bent mengalami dipukul, ditendang, tapi saya merasa itu anak kecil. Tapi saya pun tidak mau membiarkan Bent diam saja, nanti kalau dia sudah besar kalau ada kekerasan dia hanya diam saja. Makanya saya bersyukur Bent sangat komunikatif," jelasnya.
"Mami tadi abang di pukul dan di tendang, lalu dia sebutin nama anak itu. Saya tanya ke Bent, Miss-nya lihat tidak? jawab Bent, Miss-nya nggak ngeliat karena lagi nyuapin anak lain. Abang nggak mau masuk kelas itu lagi, abang takut," tambah Martina.
Wanita 29 tahun ini pun memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memilih, apakah tetap mau di kelas tersebut atau pindah kelas? Karena putranya ingin pindah kelas dan tidak mau satu kelas dengan temannya tersebut, Martina pun mengurus kepindahan kelas demi anaknya.
Kekerasan bisa terjadi di mana pun dan kapan pun, termasuk di sekolah. Penting untuk mengajarkan keterbukaan pada anak agar ia mau bercerita jika mengalami kekerasan atau punya masalah di sekolah. Sehingga kita sebagai orang tua bisa segera mencarikan jalan keluarnya. "Kita harus menanamkan sama anak yang penting kamu ngomong, kalau terlalu overprotect juga dia nggak akan tahu di dunia nyata, ada yang hitam dan putih atau ada yang
loading...