Melampiaskan Amarah Berbuah Musibah

loading...

AkuIslam.ID - Saat mengandung putra pertama, suami merantau ke Jakarta. Sungguh berat sebenarnya. Tapi kadang suami menjenguk, kadang tidak, tergantung libur pekerjaannya.

Ilustrasi

Saat mertua melaksanakan pengajian tujuh bulanan, ku ultimatum suami harus datang, dan ternyata suami tidak bisa hadir.

Ketidakhadirannya saat itu membuat amarahku meledak. Demi melampiaskan amarah, aku ogah-ogahan ikut pengajian.

Merasa amarahku belum terpuaskan. Pada pengajian yang berakhir larut malam, aku ngotot pulang ke rumah orang tua di desa.

Saran ibu mertua untuk menginap hingga esok hari tidak aku penuhi. Sementara suamiku yang melarang pulang lewat telepon juga tidak aku taati. Amarah yang meluap saat itu membuat dadaku terasa sesak, dan akal sehatkupun seakan hilang.

Di tengah perjalanan pulang, musibah itu terjadi. Sepeda motor yang aku tumpangi bersama tukang ojek tiba-tiba terjatuh. Gubbbrraaakkkkk!!!! Aku jatuh di kegelapan karena jalan berlubang. Spontan aku menangis dan menjerit.

AllahhuuuuAkbarrrr!!! Tanganku melindungi perutku yang besar dengan janin berusia 7 bulan. Darah pun mengucur dari daguku, membasahi muka dan jilbabku.

Semua tidak kurasakan dan hiraukan, keselamatan bayi di dalam kandunganku yang aku pikirkan.

Alhamdulillah, setelah diperiksa di rumah sakit. bayi dalam kandunganku dinyatakan selamat. Dan bersyukur lagi, sehari kemudian suamiku pulang. Dengan hati yang lapang ia mau memaafkan kesalahanku.

Akupun menyesal dan terus beristighfar. Aku sadar bahwa betapa amarah itu sangatlah buruk akibatnya. hati dan pikiranku menjadi gelap, sulit menerima saran dan nasehat, yang akhirnya berbuah musibah yang merugikan dan mencelakakan diri sendiri.

from Aku Islam I Berbagi Kebaikan Untuk Sesama https://ift.tt/2qZqwNI
Sumber KLIK Di Sini atau http://www.akuislam.id/

loading...

Tweet