loading...
Tidak terasa sebentar lagi kita akan memasuki Hari Raya Idul Adha. Pada salah satu peringatan hari besar Islam ini, akan menjadi puncak ibadah haji di Mekkah serta ibadah Qurban. Tentu saja momen ini menjadi suatu hal yang dinanti-nantikan oleh kaum muslim.
Ibadah Qurban menjadi salah satu media untuk berbagi kepada sesama. Sedangkan ibadah haji menjadi momentum untuk menjalankan rukum islam serta mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun demikian Ibadah Haji dan Qurban menjadi amalan yang memiliki hikmah filosofi yang hampir sama. Sumber : http://www.infoyunik.com +Wiwik Setiawati
Bahkan dari dua amalan ini kita bisa memperoleh pelajaran berharga. Tidak hanya berguna untuk kehidupan di dunia, namun juga akhirat kelak. Lantas apa sajakah pelajaran yang diperoleh dari ibadah haji dan qurban ini? Berikut informasi selengkapnya.
1. Belajar untuk Ikhlas
Pelajaran pertama yang akan diperoleh kaum muslimin dari ibadah Haji dan Qurban adalah prihal keikhlasan. Ketika seseorang melaksanakan sebuah ibadah, perasaan ikhlas menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.
Tidak hanya sekedar ikhlas di mulut saja, namun hati juga harus disertai keikhlasan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Seberapa banyak pun kita mengurbankan hewan untuk disembelih, namun tidak ikhlas maka amalan tersebut akan berkurang berkahnya. Allah Ta’ala berfirman:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Ibadah Haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas dalam melaksanakannya. Bukan sekedar untuk mencari gelar atau sanjungan semata. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda,
“Siapa yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
2. Belajar untuk Mengikuti Tuntunan Nabi SAW
Selain belajar untuk ikhlas, ternyata ibadah qurban dan haji juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengikuti tuntunan dari Rasulullah SAW. Syarat dan rukun untuk berqurban serta berhaji sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah mengerjakan shalat Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban seperti kurban kami, maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”
Abu Burdah yang merupakan paman dari Al Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,
“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum aku shalat Idul Adha.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari no. 955)
Hal yang sama juga berlaku bagi ibadah haji, kita tidak boleh melaksanakannya secara asal-asalan. Namun harus sesuai dengan tuntunan yang ada. Rasulullah SAW bersabda:
“Ambillah dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim no. 1297, dari Jabir).
Apabila amalan tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan tuntunan, maka ibadah yang dilakukan tersebut hanyalah berbuah kesia-siaan belaka.
3. Belajar untuk Sedekah Harta
Selain belajar untuk melaksanakan tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya, ibadah Qurban dan Haji juga mengajarkan kepada umat muslim agar bersedekah harta. Baik ketika berangkat haji ataupun menyembelih Qurban, itu mengisyaratkan kita sudah mensedekahkan sebagai harta yang dimiliki. Ketahuilah bahwa harta yang kita sedekahkan di jalan kebaikan dan ketaatan, maka harta tersebut akan memiliki keberkahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan berkah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029)
Ingat pula Allah Ta’ala berfirman/: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
4. Belajar untuk Rajin Berdzikir
Pelajaran terakhir dari ibadah Haji dan Qurban adalah kita semakin rajin berdzikir. Dalam menyembelih hewan qurban, kita diwajibkan untuk membaca bismillah dan disunnahknah untuk bertakbir. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua kambing yang gemuk. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca bismillah dan bertakbir, kemudian beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.”
Tidak hanya itu, sejak sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Pendapat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama di antaranya Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah dan An Nakho’i, termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau). Lihat perkataan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462 dan 471.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.
Dalam ibadah haji kita juga diperintahkan untuk banyak berdzikir. Ibadah thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada Allah. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah adalah bagian dari dzikrullah (dzikir pada Allah)” (HR. Abu Daud no. 1888, Tirmidzi no. 902 dan Ahmad 6: 46. At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dho’if)
Demikianlah informasi mengenai empat pelajaran yang diperoleh dari ibadah Haji dan Qurban. Begitu banyak hal yang akan didapatkan apabila kita mengerjakan amalan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat.
Ibadah Qurban menjadi salah satu media untuk berbagi kepada sesama. Sedangkan ibadah haji menjadi momentum untuk menjalankan rukum islam serta mendekatkan diri kepada Allah. Meskipun demikian Ibadah Haji dan Qurban menjadi amalan yang memiliki hikmah filosofi yang hampir sama. Sumber : http://www.infoyunik.com +Wiwik Setiawati
Bahkan dari dua amalan ini kita bisa memperoleh pelajaran berharga. Tidak hanya berguna untuk kehidupan di dunia, namun juga akhirat kelak. Lantas apa sajakah pelajaran yang diperoleh dari ibadah haji dan qurban ini? Berikut informasi selengkapnya.
1. Belajar untuk Ikhlas
Pelajaran pertama yang akan diperoleh kaum muslimin dari ibadah Haji dan Qurban adalah prihal keikhlasan. Ketika seseorang melaksanakan sebuah ibadah, perasaan ikhlas menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan.
Tidak hanya sekedar ikhlas di mulut saja, namun hati juga harus disertai keikhlasan untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT. Seberapa banyak pun kita mengurbankan hewan untuk disembelih, namun tidak ikhlas maka amalan tersebut akan berkurang berkahnya. Allah Ta’ala berfirman:
“Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya.” (QS. Al Hajj: 37)
Ibadah Haji pun demikian, kita diperintahkan untuk ikhlas dalam melaksanakannya. Bukan sekedar untuk mencari gelar atau sanjungan semata. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi SAW bersabda,
“Siapa yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.” (HR. Bukhari no. 1521).
2. Belajar untuk Mengikuti Tuntunan Nabi SAW
Selain belajar untuk ikhlas, ternyata ibadah qurban dan haji juga mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mengikuti tuntunan dari Rasulullah SAW. Syarat dan rukun untuk berqurban serta berhaji sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadist.
Al Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu menuturkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah mengerjakan shalat Idul Adha. Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban seperti kurban kami, maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”
Abu Burdah yang merupakan paman dari Al Bara’ bin ‘Azib dari jalur ibunya berkata,
“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum. Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum aku shalat Idul Adha.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berkata: “Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya, bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari no. 955)
Hal yang sama juga berlaku bagi ibadah haji, kita tidak boleh melaksanakannya secara asal-asalan. Namun harus sesuai dengan tuntunan yang ada. Rasulullah SAW bersabda:
“Ambillah dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim no. 1297, dari Jabir).
Apabila amalan tersebut tidak dilaksanakan sesuai dengan tuntunan, maka ibadah yang dilakukan tersebut hanyalah berbuah kesia-siaan belaka.
3. Belajar untuk Sedekah Harta
Selain belajar untuk melaksanakan tuntunan dari Allah dan Rasul-Nya, ibadah Qurban dan Haji juga mengajarkan kepada umat muslim agar bersedekah harta. Baik ketika berangkat haji ataupun menyembelih Qurban, itu mengisyaratkan kita sudah mensedekahkan sebagai harta yang dimiliki. Ketahuilah bahwa harta yang kita sedekahkan di jalan kebaikan dan ketaatan, maka harta tersebut akan memiliki keberkahan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka Allah akan menghilangkan berkah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhari no. 1433 dan Muslim no. 1029)
Ingat pula Allah Ta’ala berfirman/: “Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
4. Belajar untuk Rajin Berdzikir
Pelajaran terakhir dari ibadah Haji dan Qurban adalah kita semakin rajin berdzikir. Dalam menyembelih hewan qurban, kita diwajibkan untuk membaca bismillah dan disunnahknah untuk bertakbir. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berqurban (pada Idul Adha) dengan dua kambing yang gemuk. Aku melihat beliau menginjak kakinya di pangkal leher dua kambing itu. Lalu beliau membaca bismillah dan bertakbir, kemudian beliau menyembelih keduanya dengan tangannya.”
Tidak hanya itu, sejak sepuluh hari pertama Dzulhijjah, kita pun sudah diperintahkan untuk banyak bertakbir. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan” (QS. Al Hajj: 28). ‘Ayyam ma’lumaat’ menurut salah satu penafsiran adalah sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Pendapat ini adalah pendapat jumhur (mayoritas) ulama di antaranya Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, Al Hasan Al Bashri, ‘Atho’, Mujahid, ‘Ikrimah, Qotadah dan An Nakho’i, termasuk pula pendapat Abu Hanifah, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad (pendapat yang masyhur dari beliau). Lihat perkataan Ibnu Rajab Al Hambali dalam Lathoif Al Ma’arif, hal. 462 dan 471.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan berzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang.” (QS. Al Baqarah: 203). Ibnu ‘Umar dan ulama lainnya mengatakan bahwa ayyamul ma’dudat adalah tiga hari tasyriq. Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari tasyriq.
Dalam ibadah haji kita juga diperintahkan untuk banyak berdzikir. Ibadah thawaf, sa’i dan melempar jumrah pun dilakukan dalam rangka berdzikir pada Allah. Dari ‘Aisyah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya thawaf di Ka’bah, melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah dan melempar jumrah adalah bagian dari dzikrullah (dzikir pada Allah)” (HR. Abu Daud no. 1888, Tirmidzi no. 902 dan Ahmad 6: 46. At Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini dho’if)
Demikianlah informasi mengenai empat pelajaran yang diperoleh dari ibadah Haji dan Qurban. Begitu banyak hal yang akan didapatkan apabila kita mengerjakan amalan ibadah sesuai dengan tuntunan syariat.
loading...