loading...
SerUnique.com - Sahabatku semua, Jumpa lagi dengan artikel terbaru di blog Unik dan Aneh. Berita yang sangat aktual, seru, unik dan aneh akan dipaparkan pada anda. Silahkan simak info tentang: Misteri Ribuan Ton Harta Karun Emas Milik japang di Indonesia. Semoga bermanfaat dan anda terhibur sekali. Simak ya... Jangan lupa Follow Twitter admin di @Share_Doang Google Plus +Mukti Effendi dan Facebook Fans di SeruniqueCom
Timbunan emas Jenderal dari Jepang, Tomoyuki Yamashita, saat perang dunia II masih diburu banyak pihak. Timbunan emas itu disebut-sebut sebagai salah satu harta karun terbesar di dunia.
Tomoyuki Yamashita, 1945 (wikimedia.org)
Diperkirakan ada sekitar 6.000 ton emas yang telah dirampas tentara Jepang di kawasan Asia Tenggara dan beberapa negara disekitarnya saat Perang Dunia II tersebut.
Banyak yang percaya harta tersebut tersebar di beberapa negara Asia Tenggara dan tak sempat dibawa ke Jepang.
Mulai dari tentara, pemburu harta karun, hingga presiden, mereka semua berebut untuk mendapatkan emas seberat ribuan ton yang telah dijarah pasukan Jepang dari negara-negara di Asia Tenggara saat Perang Dunia II.
Rogelio Roxas adalah seorang tentara Filipina. Tahun 1960an, dia bertemu seorang yang mengaku bekas penerjemah Jenderal Yamashita saat perang dunia II.
Roxas pun memulai perburuannya. Dia menggali di kawasan Baguio City. Dia menemukan lorong-lorong bekas persembunyian tentara Jepang yang sudah dihancurkan.
Tahun 1971, Roxas mengaku menemukan sebuah patung budha dari emas. Tingginya hanya sekitar 1 meter, namun sangat berat. Roxas juga menemukan peti berisi batangan emas.
Tak cuma itu, Roxas kemudian menemukan dalam patung Budha itu ada beberapa butir berlian mentah.
Dia yakin inilah sebagian kecil dari harta karun Yamashita. Beberapa pembeli telah menaksir harta karun tersebut.
Mereka meyakini barang-barang itu emas dengan kadar di atas 20 karat. Namun kabar ini sampai juga ke telinga Presiden Filipina saat itu, Ferdinand Marcos, sang diktator Filipina.
Lalu tersebar kabar bahwa Roxas menuding Marcos mengirim para pengawal kepresidenan untuk menangkap dirinya.
Ferdinan Marcos (wikimedia.org)
Kemudian, Marcos juga sempat menyita patung Budha dan emas batangan milik Roxas yang telah ditemukannya, hingga akhirnya Roxas pun dipenjara hingga beberapa tahun lamanya.
Tahun 1986, Marcos dilengserkan. Dia dan istrinya, Imelda Marcos lari ke Hawaii. Tahun 1988, Roxas menggugat Marcos di Pengadilan Hawaii.
Dia menuding Marcos telah melanggar HAM dan merampas harta karun yang telah ditemukannya.
Pada malam jelang persidangan, Roxas tewas. Kematiannya jadi polemik. Namun Roxas sempat merekam kesaksiannya dalam bentuk video. Persidangan Kubu Roxas VS Marcos ini berjalan sengit. Sembilan kali naik banding!
Hingga akhirnya pengadilan memutuskan Keluarga Marcos harus membayar ganti rugi pada Roxas. Jumlahnya, USD 6 juta untuk pelanggaran HAM dan sekitar USD 13 juta untuk ganti rugi harta karun yang dirampas.
Harta Karun Rampasan Jepang di Indonesia
Tak cuma para pemburu harta karun yang mencoba memburu harta karun peninggalan Jepang. Pasukan elite Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) ternyata pernah juga diberi perintah melacak karun Jepang. Sebut saja Nadi, adalah salah seorang pensiunan korps baret merah mengisahkan peristiwa tersebut.
Suatu hari di tahun 1967, beberapa buah truk dan sebuah jip meninggalkan markas RPKAD di Cijantung, Jakarta Timur. Mereka bergerak ke arah selatan menuju pantai terpencil di Sukabumi, Jawa Barat. Ada sekitar 30 orang personel yang dikerahkan. Tim ini dipimpin seorang perwira menengah.
Imelda Marcos, janda Ferdinan Marcos meemgang patung Budha dari emas yang ditemukan oleh Rogelio Roxas.
“Kalau tidak salah, sekitar tahun 1967. Saya ingat di beberapa tempat masih lihat orang-orang PKI yang ditahan tentara,” kata Nadi.
Nadi saat itu menjadi juru radio. Pangkatnya sersan. Dia awalnya tak tahu menahu bagaimana RPKAD bisa dikerahkan memburu harta karun.
“Namanya prajurit ya turut perintah saja. Pas ngobrol-ngobrol baru tahu ternyata ada orang menghadap ke Mabes AD”, kata Nadi.
“Dia bilang tahu lokasi persembunyian emas tentara Jepang. Dari Mabes AD perintah turun ke Cijantung (Markas RPKAD), kurang lebih seperti itu,” tambah Nadi.
Pria yang melapor ke Mabes AD dan mengaku tahu soal harta karun itu ikut dalam rombongan. Dia dapat tempat terhormat naik jip di sebelah komandan. Konvoi menuju sebuah bekas pertahanan tentara Jepang.
Masih tersisa beton bercampur lempeng baja, namun kondisinya sudah sangat tak terawat. Lokasinya di pantai, rupanya sebagai pertahanan Jepang jika ada serangan dari laut.
Tim RPKAD mulai bekerja. Pertama benteng Jepang itu diledakkan. Nadi ingat bumi bergetar akibat banyaknya bahan peledak yang dipakai. Setelah terbuka, tim mulai menyisir kubu pertahanan Jepang.
Hari pertama tak ditemukan apa-apa. Begitu juga hari-hari berikutnya. Setelah seminggu orang yang mengaku tahu harta karun itu bilang harus ada selamatan karena penunggu benteng marah.
“Kami tak percaya tapi dia memaksa. Akhirnya kambing hitam dipotong, dibuat selamatan,” kata Nadi. Setelah selamatan kembali pencarian dilanjutkan.
Berkali-kali bahan peledak digunakan. Hasilnya nihil. Bukannya harta karun, Tim malah menemukan ular besar. Setelah dua minggu Komandan Tim RPKAD habis kesabaran.
Patung Budha dari emas yang ditemukan oleh Rogelio Roxas.
Dia marah pada si orang yang mengaku tahu harta karun. Perwira tersebut memerintahkan menghentikan pencarian.
“Ini sia-sia. Bohong, orang ini cuma pembohong. Sudah selesai, kita pulang ke Cijantung,” beber Nadi menceritakan kemarahan komandannya.
Tim RPKAD pulang ke Cijantung dengan tangan kosong dan senyum pahit. Nasib orang yang berbohong mengaku tahu harta itu tak jelas. Kabarnya dia sempat disel beberapa hari, tetapi kemudian dibebaskan dan tak dipidana.
“Di Cijantung suka diledek. Gimana nih harta karunnya, bagi-bagi dong. Itu puluhan tahun, kalau reuni pensiunan masih saja jadi ledekan,” kata Nadi sambil tertawa.
Mayor Kawilarang pernah temukan harta karun Jepang di Bogor
Namun ternyata, isyu tentang keberadaan harta karun tentara Jepang itu bukan omong kosong. Pasukan TNI pernah menemukannya di daerah Bogor, Jawa Barat.
Kepala Staf Resimen Divisi II TNI pada waktu itu, Mayor Alex Evert Kawilarang, menceritakan penemuan harta itu dalam biografinya yang ditulis Ramadhan KH dan diterbitkan Sinar Harapan.
Pasukan Letkol Kawilarang. (©Buku A.E Kawilarang Untuk Sang Merah Putih- Sinar Harapan)
Sekitar tahun 1946, pasukan TNI anak buah Kawilarang melakukan penggalian di bekas markas Jepang di sekitar Cigombong, Bogor. Mereka mencari senjata yang biasanya disembunyikan tentara Jepang dengan cara dikubur dalam tanah.
Jepang memang belum lama meninggalkan kamp di Cigombong itu. Para prajurit menggali dengan waspada karena selain mengubur senjata, Jepang juga menanam ranjau. Di sebuah gundukan tanah, cangkul para tentara itu mengenai benda keras. Mereka ketakutan karena disangka mengenai bom.
Lebih mengejutkan, isi guci itu ternyata penuh emas dan permata yang berkilauan.
Walau bisa kaya tujuh turunan, namun para tentara itu tak mau mengambilnya. Mereka lalu lapor dan menyerahkan harta itu pada Kawilarang.
Kawilarang juga jujur, dia tak mau makan emas permata peninggalan Jepang. Perwira menengah TNI itu berniat menyerahkan harta temuan pasukannya pada pemerintah Indonesia yang masih morat-marit.
Tapi keesokan harinya datang para laskar dari golongan agama. Mereka minta guci itu pada Kawilarang. Katanya untuk berjuang. Kawilarang tahu maksud orang-orang itu.
“Benar bapak-bapak mau berjuang?,” tanya Kawilarang.
Mereka mengangguk. Lalu Kawilarang pergi ke gudang dan kemudian dia kembali lagi setelah mengambil dua buah peti granat.
“Ini untuk berjuang,” kata Mayor Kawilarang.
Alex Evert Kawilarang (lahir di Batavia (kini Jakarta), 23 Februari 1920 – meninggal di Jakarta, 6 Juni 2000 pada umur 80 tahun) adalah salah seorang perwira militer yang termasuk Angkatan ’45 dan mantan anggota KNIL.
Orang-orang itu pun terpaksa pergi membawa dua peti granat. Mereka tak menyerah.
Keesokan harinya lagi-lagi mereka minta guci untuk modal perjuangan. Lagi-lagi Kawilarang memberi peti berisi granat.
“Ini untuk berjuang,” katanya.
Sejak itu para laskar itu tak datang lagi. Kawilarang kemudian mengutus Letnan Muda Gojali untuk mengawal harta itu.
Gojali orang jujur, makan pisang di markas perampok saja ia tak mau, karena menganggap tak halal.
Kawilarang lalu mengirim Gojali menyerahkan harta karun itu ke Kementerian Dalam Negeri di Purwokerto.
Gojali melaksanakan tugasnya dengan baik. Dia menyerahkan harta karun pada Sumarman yang kala itu menjabat Sekretaris Mendagri.
Tak jelas bagaimana Kementerian Dalam Negeri kemudian menggunakan harta tersebut. Surat timbang itu katanya habis terbakar saat agresi militer.
This is an actual map from one of the locations where the Japanese burried tons of gold!
Berapa nilai harta karun tersebut, sebuah majalah pernah mencoba menghitung berdasar bukti-bukti otentik yang ditemukan.
Isinya tak kurang dari tujuh kilogram emas dan empat kilogram permata. Nilainya kala itu saja diperkirakan Rp 6 miliar. Bandingkan besarnya jumlah itu dengan gaji seorang tentara yang pada kala itu hanya berkisar Rp 50.
Belakangan banyak orang telah mengklaim ikut berjasa menemukan harta itu. Mereka menuntut pemerintah memberi ganti rugi atas harta yang hilang tersebut. Tapi tak pernah ada penjelasan hingga kini bagaimana pengelolaan harta karun Jepang itu.
Daftar Harta Karun Jepang di Filipina
Pada masa invasi Jepang saat Perang Dunia-2 ke beberapa negara Asia Tenggara dan negara-negara sekitarnya itu, semua harta milik negara jajahan Jepang dikumpulkan di Filipina.Setelah dari Filipina, baru kemudian harta-harta tersebut dikirim ke Jepang.
http://indocropcircles.wordpress.com/2014/02/24/harta-karun-rampasan-jepang-di-indonesia/
loading...
0 Response to "Misteri Ribuan Ton Harta Karun Emas Milik japang di Indonesia"
Posting Komentar
Silahkan anda berkomentar dan juga memberikan kritik untuk perbaikan blog ini. Maaf, Komentar yang tidak berhungungan dengan artikel atau hanya pengen beriklan, akan dihapus. Komentar langsung tayang.